PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK “Tahapan dan ciri serta tugas perkembangan”



PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
“Tahapan dan ciri serta tugas perkembangan”


 

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK               :11
NAMA                         :ROSTALINDA RUMAPEA
NIM                             :RSA1C115022
DOSEN PENGAMPU  :Drs. ABU BAKAR M,pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PGMIPA-U
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

Tahapan dan Ciri Serta Tugas Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan prilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks.
1.      Tahapan Perkembangan Manusia
Perkembangan peserta didik menjadi bagian integral dari perkembangan manusia pada umunya. Perkembangan  dimaksud adalah perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir  hingga hayatnya. Perubahan itu dijalani oleh anak manusia khusunya sejak lahir hingga mencapai tingkat kedewasaan atau kematangan. Sistematis mengandung makna bahwa perkembangan itu dalam makna normal jelas urutannya. Progresif bermakna perkembangan itu merupakan metamorfosis menuju kondisi ideal. Berkesinambungan bermakna ada konsistensi laju perkembangan itu sampai dengan tingkat optimum yang bisa dicapai.
Perkembangan manusia melalui tahapan yang sistematis dalam urutan tertentu yang bersifat serial. Perkembangan itu bergerak langkah demi langkah, dan sebagian gerakannya lebih dekat untuk beberapa bentuk statu dewasa. Gerakan perkembangan manusia ini mencakup perubahan fisik dan daya intelektual. Perkembangan daya intelektual berkaitan dengan perubahan kecerdasan, keahlian, dan kemampuan menular, serta dampak dari pristiwa dan pengalaman hidup.
Masing-masing pemikir dan pakar mempunyai pendapat atau teori yang berbeda mengenai tahapan-tahapan itu. Setiap tahap perkembangan itu bersifat khas. Setiap masa transisi di antara masing-masing tahap perubahan dalam karakter kehidupan memakan waktu tertentu, antara tiga sampai dengan enam tahun untuk menyelesaikannya. Pada saat yang sama ada proses individualisasi yang terjadi pada diri manusia.
Seperti tahapan perkembangan manusia yang diungkapkan oleh beberapa para ahli, yaitu:
1.      Levinsion
Levinsion berpendapat bahwa siklus kehidupan manusia terdiri dari empat urutan, yang masing-masing berlangsung selama sekitar dua puluh lima tahun. Dia juga mengeidentifikasi beberapa periode perkembangan manusia, seperti berikut ini:
1.      Masa anak-anak dan remaja, sejak lahir sampai dengan usia dua puluh tahun. Transisi awal masa kanak-kanak  pada usia tiga tahun.
2.      Masa dewasa awal, yaitu umur 17-45 tahun
§  Transisi awal, umur 17-22 tahun
§  Memasuki dunia dewasa, umur 22-28 tahun
§  Umur 30 tahun, transisi antara 28-33 tahun
§  Menetap, umur 33-40 tahun
3.      Masa dewasa tegah, umur 40-65 tahun
§  Transisi setengah baya, umur 40-45 tahun
§  Memasuki usia dewasa tengah, umur 45-50 tahun
§  Umur 50 tahun, transisi umur 50-55 tahun
§  Puncak dari dewasa tengah, umur 55-60 tahun
4.      Masa dewasa akhir dewasa, umur 60 tahun
5.      Akhir dewasa, transisi umur 60-65 tahun
Menurut Levinson, masing-masing era  berbeda dan mempersatukan karakter hidup yang lengkap pada masing-masingnya. Ada transisi di antara masing-masing era, sehingga memerlukan dasar perubahan karakter hidup seseorang, yang mungkin memakan waktu antara tiga dan enam tahun. Era yang luas adalah periode perkembangan, di mana setiap periode ditandai oleh serangkaian atau  memodifikasi satu struktur kehidupan.
2.      Erik Erickson
Erik Erickson dalam menyelesaikan pertentangan antara dorongan pribadi dan tuntunan sosial mengajukan pandangan yang sekaligus merupakan revisi bagi teori Freud, yaitu struktur kepribadian seseorang berunsurkan tiga komponen utama, yaitu: id. Ego, dan superego. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan pertentangan itu yang dikemukakan Erickson lebih bersifat sosial dan berorientasi kepada ego. Dalam hal ini, Erickson lebih melihat kepentingan sosial. Dengan revisi ini dimaksud agar kebutuhan-kebutuhan dalam perkembangan manusia lebih dilihat dari kepentingan sosial.
Erik Erikson seperti dikutip Arlene F. Harder (2009)beependapat bahwa ciri-ciri kepribadian manusia itu muncul secara berlawanan. Kutub yang berlawanan itu dapat mejud sebagai pesimas atau optimis, idenpendent atau tergantung, emosional atau tanpa emosi, petualangan atau hati-hati atau optimis atau pengikut, agresif atau pasif, dan sejenisnya. Fenomena semacam ini merupakan faktor bawaan, meskip banyak sifat temperamer atau karakteristik lain dapat dipelajari berdasar pada tantangan dan dukungan yang diterima selama menjalani hidup samai tumbuh dewasa.
Ahli yang melakukan banyak studi untuk mengekspolirisasi konsep ini adalah Erik Erickson. Meskipun pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Freud, dia dipercaya bahwa ada ego sejak lahir dan tidak ada prilaku yang benar-benar defensif. Berdasrkan studinya, Erickson menyadari bahwa pegaruh besar terhadap perilaku dan budaya lebih ditentukan oleh dunia luar, seperti defresi dan perang. Dia mengemukakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh pengaruh interaksi antara faktor genetika (biologis) pikiran (psikologis) , dan budaya (etos). Erikson menklasifikasikan perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap yang membentang dari lahir sampai mati. Pada fase dewasa Erickson membagi tahapannya ke dalam pengalaman orang dewasa muda, dewasa, dan dewasa tengah, serta dewasa tua. Sementara usia yang sebenarnya mungkin berbeda dengan satu tahap yang lain, usia tampaknya cocok untuk kebanyakan orang. Kedelapan tahap perekembangan manusia versi Erickson dikutip oleh Arlene F. Harder (2009), disajikan sebagai berikut:
a.      Fase bayi ( sejak lahir sampai usia 18 bulan)
Menurut Erickson hasil perkembangan ego pada fase bayi adalah kepercayaan vs ketidakpercayaan. Dasar kekuatannya adalah dorongan dan harapan. Masa bayi oleh Erikson disebut sebagai tahap sensori oral (oral sensory stage), ditandai dengan kebiasaannya memasukkan segala sesuatu ke mulut. Pada fase ini penekanan utama adalah pada ibu yang harus merawat anak secara positif dan penuh kasih sayang, dengan penekanan utama pada kontak visiual dan sentuhan.
Kalau anak berhasil melewati masa ini dengan baik, dia akan belajar percaya bahwa hidup pada dasarnya baik-baik saja dan ini menjadi keyakinan dasarnya di masa depan.  Jika pada fase ini anak gagal menumbuhkan kepercayaan dan terus-menerus prustasi karena kebutuhannya tidak terpenuhi, sangat mungkin berakhir dengan perasaan yang mendalam yang tidak berharga dan munculnya ketidakpercayaan mereka pada dunia ini dimasa depan. Banyak studi tentang bunuh diri dan percobaan bunuh diri menunjukkan pentingnya tahun-tahun awal dalam mengembangkan kepercayaan dasar bahwa dunia ini dapat dipercaya dan bahwa tiap individu berhak mendaptkan hak untuk berada di dunia. Tidak mengherankan hubungan yang paling penting adalah dengan orang tua atau ibu, atau siapun yang paling segnifikan dan konstan menjadi pengasuhnya.
Jika kebutuhan anak terpenuhi dengan cara yang konsiste, maka ia akan percaya tetapi sebaliknya.
b.      Fase usia dini (umur 18 bulan sampai 13 tahun)
Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase dini adalah otonomi vs malu. Kekuatan dasarnya adalah kontrol diri, keberanian, dan kemauan. Menurut Erikson, selama tahap ini belajar menguasai keterampilan untuk dirinya sendiri. Pada fase ini, anak tidak hanya belajar berjalan, berbicara dan makan sendiri, melainkan membuat dia belajar mengembangkan gerakan yang lebih halus serta melakukan kepelatihan yang banyak berharga baginya. Disin anak memiliki kesempatan membangun harga diri dan otonim sebagai manusia, serta memperoleh lebih banyak kontrol ata tubuhnya, mendapatkan keterampilan baru, serta belajar benar dan salah.
Dalam tradisi barat atau di negara-negara Inggris. Pada fase ini anak sudah berani mengatakan “No” atau “tidak”. Anak-anak Indonesia pun pada fase ini sudah berani mengatakan kata “tidak mau”, “gak mau”, atau lafal sejenis. Mungkin sakit bagi orangtua mendengar kata-kata ini, tetapi pada fase ini penting bagi anak untuk mengembangkan keterampilna sesuai dengan kemauannya. Jika anak malu melakukan pelatihan atau belajar keterampilan penting lainnya. Sangat mungkin dia merasa malu besar dan meragukan kemampuannya. Hasil akhir bisa mewujud dalam bentuk rendah diri. Dalam kaitan ini, yang paling signifikan adalah hubungan dengan orangtua.
            Jika anak dibiarkan mandiri dan dapat menggali kemampuannya maka akan berkembang sikap kemandirian, sebaliknya jika terlalu banyak tuntunan maka ia tidak akan ragu-ragu. Sebagai contoh: anak akan merasa bangga pada saat ia bisa berjalan, memanjat, membuka, mendorong dan sebagainya. Akan tetapi apabila orangtua terlalu memanjakan maka akan timbul rasa malu dan keraguan.

c.       Fase bermain (Umur 3-5 tahun)
Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase ini adalah inIsiatif vs rasa bersalah. Kekuatan dasarnya adalah tujuan atau dorongan. Selama periode ini anak mengalami suatu keinginan untuk meniru orang dewasa di sekitarnya dan mengambil inisiatif dalam menciptakan situasi bermain. Mereka bisa bermain dengan boneka Berbie, menggunakan telepon maina dan miniatur mobil, bermain peran, dan sebainya.
Pada fase ini, dalam bata9s tertentu anak sudah bisa menjawab pertanyaan “mengapa” atau mengajukan pertanyaan seperti itu: “mengapa?” Erikson yang dipengaruhi oleh pemikiran Freud meremehkan seksualitas biologis yang mendukung fitur konflik psikososial antara anak dan orangtua. Namun demikian, dia mengatakan bahwa pada tahap ini biasanya anak menjadi terlibat dalam “perjuangan klasik”, eodipal, dan menyelesaikan perjuangan melalui “identifikasi peran sosial”. Jika anak frustasi atas keinginan alami dan tujuannya, dia dengan mudah dapat mengalami rasa bersalah. Pada fase ini, yang paling signifikan adalah hubungan dengan keluarga inti.
Pada masa ini anak akan banyak berinisiatif mana kala diberi kesempatan orangtuanya, sebab mereka sudah punya kemampuan lebih besar, seperti lai, naik sepeda roda tiga, memukul, memotong, dan sebagainya. Orangtua perlu memberi kesempatan , kebebasan, dan menjawab segala pertanyaannya. Jika anak berusaha mandiri dan sikap itu sesuai dengan keberaniannya maka ia akan berkembang inisiatifnya, tetpi jika usaha ini tidak cukup berani maka perasaan bersalah hasilnya.
d.      Fase sekolah (umur 6-12 tahun)
Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase ini adalah industri vs inferior. Kekuatan dasarnya adalah metode dan kompetensi. Selama tahap ini, sering disebut latency, manusia mampu belajar, menciptakan dan menyelesaikan berbagai keterampilan baru dan pengetahuan, dengan demikian mengembangkan “semangat industri” atau “mencipta”.
Fase ini juga merupakan tahap yang sangat penting bagi pengembangan sosial dan jika manusia mengalami perasaan yang belum terselesaikan, ketidakcukupan kemampuan, dan inferioritas diantara rekan-rekannya, dia dapat memiliki masalah serius dalam hal kompotensi dan harga diri. Ketika dunia pergaulan meluas, yang paling signifikan adalah hubungan manuia dengan sekolah dan lingkungan. Orang tua tidak lagi menjadi sumber otoritas lengkap mereka seperti fase sebelumnya, meskipun keberadaannya masih terasa penting.
Seorang anak akan berhasil mengembangkan perasaan baiknya tentang kemampuannya untuk belajar keterampilan anak tersebut disebut sebagai anak yang rajin. Bagi anak yang rajin kesuksesan akan diraih tetapi anak yang mengembangkan  sikap rendah diri akan kebingungan terhadap dirinya sendiri.
e.       Fase remaja (umur 12-18 tahun)
Menurut erikson hasil perkembangan ego pada fase remaja adalah identitas vs kekacauan peran. Kekuatan dasarnya adalah pengabdian dan fideliti. Sampai pada tahap ini, menurut ericson, perkembangan manusia sebagian besar tergantung pada apa yang dilakukannya. Masa remaja merupakan suatau tahap dimana manusia bukan lagi anak-anak dan belum masuk fase kehidupan orang dewasa. Kehidupannya pasti semakin kompleks karena mereka mencoba menemukan jati dirinya sendiri, perjuanagan melalui interaksi sosial, dan bergulat dengan isu-isu moral. Tugas pribadi adalah untuk menemukan siapa diri sendiri sebagai individu yang terpisah dari keluarga asal dan sebagai angota masyarakat yang lebih luas. Sayangnya, dalam proses ini anyak orang-orang disekitarnya menampakkan tanda-tanda menghindari dan menarik diri dari tanggung jawab , yang oleh ericson disebut moratorium.
            Jika manusia tidak berhasil dalam menjelajahi tahap ini , ia akan mengalami kekacaun atau kebingungan peran dan pergolakan. Sebuah tugas penting bagi orangtua atau orang dewasa adalah mengembangkan filsafat hidup dengan cita-cita atau harapan, serta bebas dari konflik. Masalahnya, manusia tidak memiliki banyak pengalaman dan merasa mudah untuk menggantikan cita-cita. Pada fase ini hubungan dengan teman sebaya menjadi sangat penting.
f.        Fase dewasa (umur 18-35 tahun)
Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase dewasa adalah keintiman dan solidaritas vs isolasi. Kekuatan dasrnya adalah afiliasi dan cinta. Pada tahap awal menjadi orang dewasa manusia mencari suatu atau lebih sahabat dan cinta. Saat ini dia mencoba mencari hubungan saling memuaskan, terutama melalui perkawinan, hubungan dengan teman-teman, dan memulai sebuah keluarga.
Meski harus diketahui, saat ini banyak pasangan yang tidak memulai berkeluarga sampai mereka berusia tuga puluhan. Jika negoisasi tahap ini berhasil, manusia dapat mengalami keintiman pada tingkat yang dalam. Jika kita tidak berhasil, akan sangat mungkin muncul rasa isolasi dan jarak dari oranglain. Ketika manusia tidak merasa mudah untuk menciptakan hubungan yang memuaskan, dunianya pergaulannya dapat mulai menyusut, seperti bertendak mempertahankan diri. Pada kondisi ini seseorang bisa merasa superior dari oranglain. Hubungan yang signifikan adalah dengan mitra perkawinan dan teman-teman.
Pada masa usia ini kebutuhan terahadap hubungan yang lebih erat/pernikahan menajdi sangat penting. Bagi yang mengembangkan sifat intimasi/keintiman, maka ia akan tahu cinta tetapi bagi yang mengembangkan sikap isolasi, maka ia akan mempunyai konsep diri yang rendah dan tidak akan bisa merasakan cinta sebagai curahan saling kasih sayang.
g.      Fase dewasa tengah (umur 35-65 tahun)
Menurut Erikson hasil perkembangan ego pada fase dewasa tengah adalah generativity vs penyerapan diri atau stagnasi. Kekuatan dasarnya adalah produksi dan perwatan. Pekerjaan yang paling fase ini. Erikson mengamati bahwa usia pertengahan adalah ketika manusia cenderung mampu melakukan karya kreatif yang bermakna dan membicarakan seputar kehidupan keluarga.
Pada  fase ini biasanya manusia berharap banyak untuk bertanggungjawab atas perannya. Tugas penting adalah melestarikan budaya dan mewariskan nilai-nilai budaya melalui keluarga, serta bekerja untuk membangun lingkungan yang stabil. Fase ini pun ditandai dengan meningkatnya kepedulian kepada oranglain dan menghasilkan sesuatu yang memberikan kontribusi untuk perbaikan masyarakat, yang oleh Erikson disebut generativitas atau generativity. Jadi, ketika manusia berada pada fase ini adalakalanya muncul rasa takut tidak bisa aktif dan memberikan sumbangsih yang berarti kepada masyarakat. seagian anak-anakpun sudah meninggalkan rumah. Hubungan dengan anakpun sudah berubah, baik cara maupun tjuannya. Manusia pun mungkin menghadapi perubahan besar dalam kehidupan yang mungkin krisis, berikut perjuangan untuk menemukabn arti dan tujuan baru. Jika manusia tidak berhasil melewati tahap ini, dia bisa menjadi egois dan mendek. Hubungan yang signifikan berada di tempat kerja, masyarakat, dan keluarga.
Pada masa umur fase ini konsisten terhadap image diri sendiri dan harapan akan peran dimiliki oleh orang pada masa ini. Bagi individu yang tidak bisa peduli terhadap oranglai akan memandang dari sudut dia sendiri dan cenderung stagnan.
h.      Dewasa (umur 65 tahun hingga kematian)
Menurut Erikson pada fase dewasa hasil perkembangan ego adalah integritas vs despair atau putus asa. Dasar kekuatannya adalah kebijaksanaan. Erikson berpendapat bahwa  banyak aspek dari kehidupan dimana orang mempersiapkan kehidupan pada tahap dewasa tengah dan tahap terakhir dia sudah merasa nyaman. Mungkin hal ini dikarenakan sebagai orang dewasa manusia sering bisa melihat kembali kehidupannya dengan kebahagian dan materi. Juga dipenuhi dengan perasaan yang mendalam bahwa kehidupan ini memiliki makna dan dia telah membuat kontribusi kehidupan. Perasaan semacam ini oleh Erikson diseut integritas. Pada fase ini pun orang merasakan besarnya hikmat dunia dan kemudian merorientasi kepudilian yang mulai “terpisah” dengan kepentingan kehidupan duniawi, menerima kematian sebagian penyelesaiaan atau kehidupan.
Pada masa fase ini merupakan dimana masa untuk kilas balik, bagi yang suskes dia memandang tentang kesuksesannya dan cenderung menjadi bijak. Tetapi bagi yang tidak sukses pada masa ini mereka memandang hidup kemarin penuh denga keberhasilan, negatif, dan keputusan
Disisi lain, sebagian orang dewasa dapat mencapai ketahap puncak, namun sebagian lagi putus asapada pengalaman mereka dan merasakn kegagalan. Mereka mungkin takut mati karena mereka berjuang untuk menemukan tujuan untuk hidupnya. Bertanya-tanya “apakah perjalanan hidup telah diakukan secara layak?” atau , mereka mungkin merasa dirinya memiliki semua jawaban (yang tidak berbeda seperti halnya remaja) dan diakhiri dengan dogmatisme yang kuat yang hanya melihat mereka telah benar.
3.      Jean Piaget
Jean Piaget  adalah seorang psikologi swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
 Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti tidak seperti teori nativisme(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), perkembangan kognitif adalah perkembangan kapsitas nalar otak atau inteligensi. Teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
I.                   Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget
Tahap
Rentang Usia
Karakteristik

Sensorimotor
Lahir sampai 2 tahun
-Dunianya terbatas
-Belum mengenal bahasa
-Belum memiliki pikiran  pada masa-masa awal
-Belum mampu memahami realitas objektif 
Pra-operasional
2 sampai 7 tahun
-Pikirannyabersifat egosentris
-Pemikirannya didominasi oleh persepsi
- -Bernalar secara tranduktif
Operasisioanl- konkret
7 sampai 11 tahun
-Kemampuan konservasi
-Kemampuan mengklasifikasikan
-Berfikir konkret
Operasional-Formal
11 tahun sampai dewasa
-Pikiran bersifat umum dan menyeluruh
-Berpikir proposisional
-Berfikir reflektif
-Berfikir kombinatorik

Tahap sensorimotormerupakan tahap awal perkembangan mental anak. Pada tahap ini, bayi lahir dengan reflek bawaan, dimodifikasi dan digabungkan membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa ini, anak belum mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
Tahap pra-operasionalmerupakan tahap prilaku anak berubah dari dependesi tindakan menuju pemanfaatan representasi mental dalam tindakan-tindakannya atau yang biasa disebut berfikir. Pada fase ini anak-anak mulai memresentasikan dunia di sekitarnya melalui kata-kata, citra dan gambar-gambar
Tahap operasional konkret adalah tahap penyempurnaan 3 arah penting dalam pertumbuhan intelektual yaitu: Konservasi, klasifikasi, dan transivitas. Konservasi adalah kemampuan untuk mentransformasikan sifat objek. Klasifikasi adalah pengelompokkan dan kategorisasi objek-objek yang mirip. Transivitas adalah seorang anak mampu menyelesaikan bentuk permasalahan.
Tahap operasional formal adalah tahap ditandai dengan anak mulai mampu mengembangkan hipotesis tentang mengapa sesuatu terajdi seperti itu dan kemudin menguji hipotesis secara deduktif, sehingga anak menjadi lebih konseptual dan mampu berpikir dalam ide-ide abstrak.
II.                Prinsip-prinsip Umum Jean Piaget dalam perkembangan kognitif

1.      Organisasi (organization) yaitu mengacu pada sifat dasar struktur relitas  mental yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami dunia. Pikiran perspektif Piaget bersifat terstruktur atau terorganisasi, meningkat kompleksitasnya, dan terintergrasi.
2.      Adaptasi (Adaptation) mencakup dua proses , yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perolehan informasi dari luar, dan pengasimilasinya dengan pengetahuan dan prilaku kita sebelumnya.  Contohnya: pada bayi, dunianya lebih banyak dipengaruhi oleh benda-benda fisik, dan skema pertamanya adalah memasukkan objek ke dalam mulutnya. Akomodasi  meliputi proses perubahan skema lama untuk memproses informasi dan objek-objek baru dilingkungannya. Misalnya, ketika bayi semakin besar dan mobilitasnya meningkat, mereka akan mendekati meja kopi. Benda itu terlalu besar untuk diambil dan dimasukkan ke dalam mulutnya (skema lama), sehingga ia mengakomodasi (mengubah) skema lamanya itu dengan mendekatkan wajahnya pada sudut meja tersebut, kemudian menggigit-gigitnya.
Kita mengakomodasikan struktur biologis kita untuk menghadapi permasalahan yang muncul dari objek-objek baru. Dengan cara yang sama, kita mengakomodasikan struktur mental kita terhadap aspek-aspek baru dan asing ke dalam lingkungan mental kita (Robert,dkk,2007:365-366)
III.             Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan Kognitif

1.      Lingkungan Fisik
Artinya, kontak dengan lingkungan fisik perlu karena interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru. Namun kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman. Karena itu, kematangan sistem saraf menjadi penting untuk memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik.
2.      Kematangan
Artinya, membuka kemungkinan untuk perkembangan. Sedangkan kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi kognitif. Meskipun kematangan suatu kondisi yang penting bagi perkembangan kognitif, kejadian-kejadian tertentu tidak ditentukan sebelumnya. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan, bergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3.      Lingkungan sosial
Artinya, penanaman bahasa dan pendidikan pentingnya lingkungan sosial adalah bahwa pengalaman speerti itu, seperti halnya pengalam fisik dapat mengacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.
4.      Equlibrasi
Artinya, proses pengaturan. Equlibrasi menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik

IV.              Penerapan Prinsip Teori perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran

1.      Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, dan tidak sekedar dengan hasilnya. Di samping kebenaran jawaban siswa, seorang guru harus mampu memahami  proses yang digunakan anak dalam menjawab pertanyaan. Pengalaman-pengalaman siswa yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa, dan hanya apabila guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai yang dimaksudkan.
2.      Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempersiapkan beraneka ragam kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
3.      Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu dan kelompok kecil siswa dari pada dalam bentuk kelas itu
V.                  Kekuatan dan Kelemahan Teori Perkembangan Kognitif

Ø  Kekuatan Teori Perkembangan Kognitif
1.      Teori ini Mengarahkan guru untuk mengenal struktur kognitif siswa secara individu sehingga dapat lebih mengembangkan kemampuan siswa
2.      Teori ini Menjelaskan tingkat perkembangan kognitif manusia mulai bayi hingga dewasa. Sehingga memudahkan untuk memilih pelajaran yang tepat bagi anak di usia tertentu
3.      Teori ini Mempelajari materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan dan untuk berkreasi menciptakan suatu bentuk atau ide baru
Ø  Kelemahan Teori Perkembangan Kognitif
1.      Teori ini dianggap lebih dekat kepada psikologi belajar dari pada teori belajar. Sehingga aplikasinya dalam proses belajar menjadi tidak mudah
2.      Teori ini dianggap sukar dipraktekkan secara murni. Sebab seringkali kita tidak mungkin memhami struktur kognitif tersebut menjadi bagian-bagian yang jelas batasannya. Sering juga pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa itu sduah terlalu kompleks untuk identifikasi secara tuntas, apabila hanya menggunakan satu atau dua pretest.
2. Tugas Perkembangan Manusia
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang bisa diduga timbul dan konsisten pada atau sekitar tahun priode tertentu dalam kehidupan individu. Konsep tugas perkembangan didasari asumsi bahwa perkembangan manusia, termasuk peserta didik, dalam masyarakat modern ditandai oleh serangkaian tugas di mana individu harus belajar sepanjang hidupnya. Beberapa dari tugas perkembangan ini memiliki kesamaan di masa kanak-kanak dan remaja, sedangkan yang lain timbul pada saat manusia memasuki usia dewasa dan usia tua. Keberhasilan pencapaian tugas perkembangan tertentu diharapkan dapat melahirkan kebahagian dan kesuksesan bagi individu untuk menyelesaikan tugas-tugas berikutnya. Sebaliknya, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangan itu dapat mengakibatkan ketidakbahagian bagi individu, penolakan oleh masyarakat, dan kesulitan dengan tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang usia
1.      Masa bayi
Pola perekembangan bayi  menurut para ahli dapat diramalkan, walaupun bayi dalam usia yang sedikit berbeda mencapai hal-hal yang penting sesuai dengan pola perkembangannya, dapatlah dibuat standar dari harapan-harapan sosial dalam bentuk tugas-tugas perkembangan. Misalnya, semua bayi diharapkan belajar berjalan, memakan makanan padat, sedikit mengendalikan alat-alat pembuangan, mecapai stabilitas fsiologis yang baik (terutama dalam irama lapar dan tidur), mempelajari dasar-dasar berbicara, dan berhubungan scara emosional dengan orangtua dan saudara-saudara kandung sampai derajat tertentu dan tidak sepenuhnya tersendiri seperti pada saat dilahirkan. Tentu saja sebagian besar tugas-tugas perkembangan ini belum dapat seenuhnya dikuasai pada saat bayi hampir berakhir tetapi dasar-dasarnya sudah harus ditetapkan.
2.      Masa anak kecil
Dasar dari tugas dalam perkembangan yang telah diletatkkan selama masa bayi diharpkan sudah dikuasai anak sbelum mereka masuk sekolah, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaidu dalam periode anak kecil yang relatif singkat. Pada masa bayi berakhir, semua bayi normal berakhir, semua bayi normal telah belajar berjlan meskipun dalam tingkat kecakapan yang berbeda-beda, telah belajar makan makannan keras, dan telah mencapai tingkat stabilitas fisiologis yang cukup baik.
Salah satu yang terpenting dan yang bagi banyak anak-anak merupakan tugas perkembangan yang paling sulit adalah belajar untuk berhubungan secara emosional dengan orangtua, saudar-saudara kandung, dan oranglain. Hubungan emosional yang terdapat selama bayi harus digannti dengan hubungan yang lebih matantg. Alasannya adalah karena hubungan dengan oranglain dalam bayi berdasrkan pada ketergantungan bayi pada oranglain untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang. Tetapi anak-anak harus belajar memberi dan menerima kasih sayang. Dnegan kata lain, anak harus belajar terikat ke luar dari apada kepada dirinya sendiri.
3.      Anak Besar
Peroleahan tempat di dalam kelompok sosial, anak Desa harus menyelesaikan berbagi tugas dalam perkembangan. Masyarakat mengharapkan anak menguasai tugas-tugas tersebut pada saat ini. Keggaalan dalam pelaksannanya akan mengakibatkan pola perilaku yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh kelompok teman-temannya dan tidak mampu menyamai teman-teman sebaya yang sudah menguasai tugas-tugas perkembanga  tersebut. Penguasaan tugas-tugs perkembangan tidak lagi sepneuhnya menjadi tanggung jawab  orangtua seprti tahun-tahun pra sekolah. Sekarang penguasaan ini juga menjadi tanggung jawab guru dan sebagian kecil juga menjadi tanggung jawab teman-teman. Misalnya, pengembangan berbagi keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dan pengembangan sikap-sikap terhadap kleompok sosial dan lembaga-lembaga merupakan tanggung jawab guru dan orangtua. Meskipun orangtua dapat memabntu meletatkkan dasar penyesuaian diri anak dengan teman-temannya sebaya, tetapi menjadi anggota kelompok mmeberi kesempatan yang besar untuk memperoleh pengalaman belajar dalam hal ini.
4.      Masa Remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola prilaku yang ekkana-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa deawasa. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola prilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut sealam awal mas remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.
5.      Masa Dewasa
Tugas-tugas sperkembangan masa deawasa ini dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendaptkan suatu pekeraan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompomsosial yang cocok.
6.      Lanjut Usia
Sebagian besar tugas perkebangan lanjut usia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari pada kehidupan oranglain. Orangtua diharapkan menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan menutunya kesehatan secara bertahap. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dna perubahan peran yang pernah dilakukan di dalam maupun diluar rumah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan, yaitu:
A. Yang menghalangi
§  Tingkat perkembangan yang mundur
§  Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas – tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.
§  Tidak ada motivasi
§  Kesehatan yang buruk
§  Cacat tubuh
§  Tingkat kecerdasan yang rendah
B. Yang membantu
§  Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan
§  Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya
§  Motivasi
§  Kesehatan yang baik dan tidak cacat tubuh
§  Tingkat kecerdasan yang tinggi
§  Kreativitas
Tugas-tugas perkembangan manusia, termasuk peserta didik, muncul dari tiga sumber yang berbeda, yaitu:
1.      Kematangan fisik. Misalnya: untuk belajar berjalan
2.      Kekuatan sosiostruktural dan budaya, misalnya : umur minimum untuk perkawinan, umur minimum untuk memperoleh surat izin mengemdi (SIM)
3.      Nilai-nilai pribadi dan aspirasi.
Faktor-faktor pribadi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor ontogenetik dan lingkungan, dan memainkan peran aktif dalam munculnya tugas perkembangan tertentu/ misalnya: memilih jalur pekerjaan terntu.




DAFTAR PUSTAKA

Hendriata Agustiani.2009.Psikologi Perkembangan.Bandung: PT.Rafika Aditama(Hal 31-36)
Husdarta, Nurlan Kusmaedi.2012.Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Alfabeta
Robert L.Soso,dkk.2007.Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan.Jakarta:Erlangga (Hal:355-369)
Sudarwan Danim.2013.Perkembangan Peserta Didik.Bandung:Alfabeta (Hal: 97-102)
Sukardjo, Ukim Komarudin.2009.Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada (Hal 50-53)
Yatim Riyanto.2009.Paradigma Baru Pembelajaran.Jakarta:Kencana (Hal118-129)

0 Response to "PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK “Tahapan dan ciri serta tugas perkembangan”"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel