LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH




LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 
TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH 


I.  JUDUL : TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH
II. Hari/ Tanggal : 19 Desenber  2014
III. Tujuan:1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam
2. Menstandarlisasi larutan penitrasi
 3. Menstandardisasi larutan naoh
 4. Menggambarkan kurva titrasi
 5. Menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah
 6. Menjelaskan pentingnya pengendalian ph terutama pada sistem fisiologi tubuh
7. Menguraikan cara mempertahankan ph dalam berbagai macam penggunaan
 8. mengenal dengan baik beberapa larutan bufer dari sistem tertentu dan bagaimana mereka berfungsi
IV. Pertanyaan Prapraktek
  1. Apa yang di maksud dengan (a) Asam ,(b) Basa, (c) Tittik Ekuivalen, dan (d) Indikator
(a) Asam                      : senyawa yang mempunyai rasa asam, mengubah warna lakmus biru menjadi merah.
 (b) Basa                      : Senyawa yang mempunyai rasa pahit dan mengubah warna lakmus dari merah menjadi biru.
  (c) Titik Ekuivalen    : Titik yang terjadi antara larutan asam dan basa di mana larutan asam dapat bereaksi dengan senyawa jumlah larutan basa.
  (d) Indikator             : Suatu zat yang di gunakan sebagai petunjuk untuk membedakan larutan asam dan basa.
2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen.
 Titik akhir titrasi: Titik dalam suatu titrasi yang mana suatu indikator berubah warna.
  . Titk Ekuivalen: Ketika zat yang di titrasi tepat bereaksi dengan zat penetralan.
3. Sebanyak 0,774 9 kalium hidrogen sitrat di masuk ke dalam erlenmeyer dan di larutkan dengan air suling, kemudian di titrasi dengan larutan naoh. bila terpakai 33,60 ml, berapa molaritas naoh tersebut?
Diketahui : KHC6H6o7 + NaOH                                   NaKC6H6O 2
Vol NaOH = 33,6 ml= 0,0336
Dit : M NaOH?
Mol KHC6H6o7 = 0,7742/230 = 3,36.10-3
mol NaOH = Mol KHC6H6o7 = 3,36.10-3 mol
M NaOH =  =
= 0.1 M
4. Jelaskan apa yang di maksud dengan:
(a) Kurva titrasi asam basa: Gambar yang menyatakan hitungan ph dengan volume liter.
(b) Titik Ekuivalen: Titik di mana asam telah bereaksi sempurna
(c) Standarisasi: Proses untuk menentukan konsentrasi suatu larutan yang di tentukan dengan teliti.
(d) Larutan standar primer: larutan yang di ketahui konsentrasinya.
(e) pH: Logaritma Negatif  H+ atau menyatakan konsentrasi negatif H+ dalam laruutan
(f) pH Meter: Alat yang di gunakan untuk mengukur pH larutan


5. Hitung massa kalium hidrogenftalat (khp) unttuk menetralisasi 25 ml naoh 0,1 m dan tulis persamaan reaksinya.
V NaOH = 25 ml
M NaOH = 0,1M
KHC8H4D4 + NaOH               NaKC8H4D4+ H2O
0,0025 mol      0.0025             0,0025
mol NaOH = m.V
= 0,1 x 0,025
= 0,025 mol
Masa kalium Hidrogen Fosfat = mol x mr
= 0.0025 x 204 = 0,51gr
6. Bagaimana membuat 50 ml larutan Hcl dengan pH 1 dari larutan Hcl 1m? 
pH = 1
[H+] = 10-1 m
v Hcl = 50 ml
V1 . m1 = v2. m2
v1 .1 = 50 . 10-1 = 5ml
v1 = 5ml
v2 = 50 ml
v air = v2-v1= 45 ml
Cara membuat larutan 5ml HCl 1m + 45 ml air suling


7. (a) Apakah larutan Bufer itu?
Larutan bufer (larutan pennnnnyangga) adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph walaupun di lakukan penambahan larutan asam/basa ke dalam larutan tersebut.
(b) mengapa larutan bufer itu penting?
Karena dapat mempertahankan pH larutan dalam daerah pH tertentu sebab mengandung ion garam kesetimbangan asam lemah/ basa kedalam larutan tersebut
8. Berilah definisi untuk asam lemah dan basa lemah.
·         Asam lemah:ion  H+  nya lebih besar di bandingkan air sehingga menggeser kan kesetimbangan air ke kiri akibatnya (H+) dan air makin kecil terhadap yang berasal dari asam lemah.
·         Basa lemah: (OH-) dan air dapast di abaikan karena sangat kecil di bandingkan yang dari basa
9 Jelaskan dengan persamaan reaksi bagaimana larutan natrium sionida(NaCN) denan hidrogen sionida(HCN) berfungsi sebagai larutan bufer
HCN + NaOH = NaCN + H2O
HCN            H+ + CN-
NaCN          Na+  + CN-
Jika ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk HCN (kesetimbangan bergeser kekiri, maka jumlah H+ dalam larutan tetap)
Jika ditambahkan Basa, ion OH- bereaksi dengan H+ membentuk H2O (kesetimbangan bergeser kekanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan ion H+)
Ion H+ diikat oleh OH- ditutupi kembali dari penguraian ion sehingga jumlah ion H+ tetap




10. Sebutkan beberapa pasangan larutan bufer yang sifat fisiologisnya sama besar.
HC2H3O2 + NaOH                              NaC2H3O2 + H2O
KH2PO4 + NaOH                               K2HPO4+ H2O
V. Landasan Teori
            Suatu penerapan penting dan stoikiometri di laboratorium adalah analisis unsur-unsur untuk menentukan komposisinya. pengukuran yang di dasarkan pada massa di namakan gravimetri, dan pengukuran berdasarkan volume larutan di namakan volumetri atau titrasi. dalam percobaan ini teknik analisis volumetri di terapkan pada analisis contoh yang mengandung asam.
            Beberapa jenis reaksi yang dapat digunakan untuk titrasi yaitu raksi pengendapan, reduksi dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung secara sempurna.
            Pada percobaan ini akan digunakan reaksi asam basa untuk menstandardisasi larutan basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam. Singkatnya reaksi asam basa atau netralisasi disebabkan oleh pindahnya proton (ion H+) dari asam ke basa. Contoh klasik dari tipe reaksi ini adalah reaksi ion hidrogen dengan ion hidrasil
H+ (aq) +  OH-(aq)                                 H2O (l)
            Pada percobaan ini sumber ion OH-adalah larutan NaOH encer dan sumber ion H+ adalah larutan asam. Mula-mula siapkan larutan NaOH 0,1 m kemudian larutan ini di standardisasi dengan larutan asam yang di ketahui konsentrasinya. larutan naoh tidak tersedia dalam keadaan murni dan larutannya dapat berubah konsentrasinya karena menyerap CO2udara. OLEH sebab itu larutan naoh harus di standardisasi sebelum di gunakan untuk menitrasi contoh.
            Pada kebanyakan titrasi asam basa. perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas. oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi di pakai indikator karena zat ini memperlihatkan perubahan warna pada ph tertentu pada percobaan ini di gunakan fenollftalein. senyawa ini tak berwarna dalam larutuan asam dan berwarna merah jambu dalam larutan basa.
Kurva titrasi asam asetat dengan larutan NaOH 0,101 M
Gambar 9.1 kurva titrasi asam basa antara larutan asam asetat dengan larutan naoh 0,101 M. Titik ekuivalen setelah penambahan 27,02 ml NaOH.
            Titik ekuivalen tercapai setelah penambahan naoh 27,02 Ml. dari kurva titrasi di dapat juga data untuk menghitung tetapan ionisasi asam asetat melalui persamaan henderson-hasselbalch.
pH = pKa + Log
            Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung harga pH dari larutan bufer. cara ini dapat di gunakan untuk menghitung pH pada setiap titik dari kurva titrasi. Harga pH pada kurva terlihat dari mulai harga pH sebelum penambahan naoh sampai pada lewat titik ekuivalen. dengan menggunakan persamaan di atas kita bisa menghitung harga Ka. selama titrasi, konsentrasi asam basa akan menurun karena asam lemah bereaksidengnan NaOH yang ditambahkan.
            Kuantitas asam dan basa akan sama pada titik tertentu, keasaman juga akan terjadi pada ½ titik ekkuivalen pada titik pertengahan, jumlah ½ NaOH yang diperlukan bereaksi sempurna dengan ½ jumlah asam lemah. Kuantitas NaOH pada titik pertengahan adalah
  = 13,51 ml
Pada saat ini konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa sesuai dengan persamaan berikut:
[Asam] = [ Basa]
 Log  = Log 1 = 0
Menurut persamaan Henderson-Hasselbalch
pH = pKa
Maka pKa dapat ditentukan
            Sebagian besar proses fisiologis sangat peka terhadap perubahan pH. misalnya, pH akan darah manusia pada dasarnya di pertahankan pada pH 7,2. Hanya pada pH ini darah dapat mengangkut oksigen dan karbondioksida dengan benar. Jika pH turun di bawah 7,2(konsentrasi H+ lebih tinggi) maka hemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan oksigen, dan bila pH meningkat (konsentrasihemoglobin dalam darah tidak akan terurai menjadi karbondioksida dalam paru-paru).
Asam lemah, Basa lemah, dan Garamnya
            Sistem larutan bufer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah) bersama-sama dengan garamnya. adapun asam lemah atau basa lemah adalah asam atau basa yang hanya mengion sedikit. asam asetat(  HC2H3O2) adalah asam yang lemah, seperti di tunjukkan pada persamaan berikut.
HC2H3O2 +  H2O = H2O + C2H3O2
            Larutan amonium hidroksida adalah contoh dari basa lemah, juga karena hanya beberapa persen saja dari basa ini berada sebagai ion nh dan oh. asam dan basa di gololngkan sebagai kuat atau lemah, tergantung pada derajat pengionannya (ionisasi). Beberapa asam yang derajat ionisasinya tinggi(menddekatu 100 persen) dalam larutan encer dalam air adalah    Basa-basa ionik seperti NaOH, kOH, dan Ca (OH)2 berada sebagai ion dalam kondisi padat dan juga terdisosiasi sempurna dalam air. sebaliknya, sejumlah besar asam (misalnya HC2H3O2, HCN, H2CO3, dan H3PO4), asam organik (RCOOH ) dan beberapa basa organik (R- NH2) hanya sedikit mengion dalam larutan air.
            Garam dan asam lemah ialah garam yang salah satu ionnya sama dengan ion asamnya. garam antaralain dapat dibuat dengan cara membiarkan asam lemah bereaksi dengan basa yang sesuai yang terdiri dari kation yang cocok. contohnya garam yang terdiri dari ion C3H3O2- adalah garam dari asetat (HC2H3O2). Suatu garam yang khas, umpamanya natrium asetat(NaC2H3O2) dapat di bentuk dari asam dan basa bersangkutan.
HC2H3O2+ NaOH                     NaC2H3O2 + H2O
Sama halnya, natrium slanida(NaCN) dan kalsium sianida [Ca (CN)2 ] adalah garam dari asam slanida. Kalium Monohidrogen fosfat (K2HPO4), adalah garam asam hidrogen fosfat dan KH2PO4  sebagaimana di tunjukkan dalam persamaan berikut:
KH2PO4+ KOH                          K2HPO4 + H2O
            Garam dari basa lemah mempunyai kation yang sama dengan basa. Contoh garam-garam dari amonium hidroksida,  NH4OH (larutan amonium NH3), ialah amonium klorida, NH4CL dan amonium sulfat, (NH4)2SO4 (Epinur, 2012:61-64)
            Sifat-sifat penting yang perlu di ingat dalam kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat.
-        pH awal lebih tinggi di bandingkan dalam kurva titrasi asam kuat dan basa kuat
-        Terdapat peningkatan ph yang cocok yang agak tajam pada suatu titrasi
-        Sebelum titik sertara di capai, perubahan ph terjadi secara bertahap
-        pH pada titik ini setelah lebih besar dari 7
-        Setelah titik sertara, kurva dititrasi pada asam lemah oleh basa kuat identik dengan kurva asam basa kuat.
            Tritrasi asam polipotik lemah bukti kuat bahwa asam polliprotik mengion dalam penetralan asam fosfat hampir semua molekul H3PO4 mulai di ubah menjadi Na2PO4dan akhirnya Na2HPO4 diubah menjadi Na3PO4-yaitu:
Na3PO4- + OH-                            H2PO4-  + H2O diikuti dengan
H2PO4-   + OH-                           PO4-3 + H2O
(Sutrisno, 1994 : 100-101)

            Untuk larutan basa,konsentrasi  harus melebihi konsentrasi H+ dalam suatu larutan. ketidakseimbangan tersebut dapat dibuat melalui dua cara yang berbeda
Pertama: Basa dapat berupa hidroksida, yang hanya dapat berdisosiasi untuk menghasilkan ion hidroksida.
Di mana M melambangkan kation, biasanya logam, basa yang paling umum adalah berbentuk hidroksida seperti itu.
Garis kedua bisa di lakukan dengan mengektrasi satu ion. hidrogen dari ssatu molekul air, menyisakan satu ion hidroksida:
            Kekuatan bufer bukan merupakan suatu yang istimewa, sifat ini hanya merupakan ekspresi dari dua reaksi ekuilibrum dapat balik mendesak yang terjadi didalam  larutan satu donor proton dan elvepror proton konjuganya. jika keduanya terdapat konsentrasi yang sama.
            Jika kita menambah H+ atau OH-kedalam bufer, akibatnya adalah perubahan kecil pada nisbah konsentrasi relatif asam dan anionnya karena juga hanya sedikit sistem buffer dengan penambahan sejumlah kecil asam /basa diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen lainnya. jumlah komponen buffer tidak berubah yang berubah hanya nisbahnya (Lehninger, 1993 : 187)
            Suatu larutan yang mengandunng suatu asam lemah plus suatu garam dari asam itu atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa kuat. sistem semacam ini di sebut sebagai larutan buffer (penyangga) karena seedikit penambahan asam kuat / basa kuat hanya mengubah sedikit pH nya.
contoh:
H+ + C2H3O2-                          HC2H3O2
            pH nya tidak berubah dengan nyata. Sebaliknya,  jika ion hidrogen yang di tambahkan untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat yang bersifat basa. Larutan buffer standar dapat di buat dari asam lemah dan garam dari asam lemah itu. Suatu persamaan yang enak dipakai telah tersedia untuk menghitung pH dari larutan semacam itu atau untuk menghitung angka banding asam terhadap garam yang di perlukan untuk memperoleh larutan dengan pH yang diinginkan pH suatu buffer yang mengandung asam lemah dapat di hitung sebagai berikut:
Ka =
[H+] = Ka
-Log [H+] = -Log Ka- log
pH = pKa-log
pH = pKa + log
(keenan, 1991 : 235-237)
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat
a.       Erlenmeyer
b.      Pipet tetes
c.       Neraca
d.      Gelas ukur
e.       Tabung reaksi
f.       Indikator universal
g.      Buret 50 ml
h.      Botol 500 ml
i.        Corongn
j.        Tiang penyangga
k.      Kaca arloji
l.        Batang pengaduk
Bahan
a.       Air suling
b.      Indikator pp
c.       Larutan NaOH
d.      Khp 0,1 gr
e.       Cuka dapur
f.       Larutan hcl
g.      Larutan natrium asetat
h.      NH4Cl
i.        NH4OH
VII. Prosedur Kerja
A. Penyerapan Larutan NaoH 0.1 M
1.6 gr NaoH
·         Ditimbang
·         Dipindahkan ke botol
·         Dilarutkan dengan 400 Ml air suling
·         Di kocok
Hasil pengamatan

B. Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M
Buret 50 ml
·         Dicuci dan dibilas dengan air suling
·         Ditutup dan dimasukkan kira-kira 5 ml naoh
·         Diisi buret dengan naoh s/d 0
·         Dialirkan larutan
2 erlenmeyer 250 ml
·         Dicuci dan dibilas
·         Ditetesi 25 ml HCL 0,1 dimasukkan pada tiap erlenmeyer
25 ml air suling dan 3 tetes indikator fenolftalein
·         Ditambah kedalam tiap erlenmeyer
·         Dicatat kedudukan awal NaOH
·         Di alirkan sedikit demi sedikit naoh pada Erlenmeyer 1
·         Dicatat volume akhir pada buret
·         Dilakukan 2 kali
3 buah erlenmeyer
·         Dicuci
·         Diisi dengan 0,14 gr KHP
·         Ditambahkan 10 ml air suling, dikocok sampai larut
·         Ditambahkan 3 tetes indikator pp
·         Dicatat volume NaOH yang terpakai
Hasil pengamatan
C. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka
3 erlenmeyer 250 ml
·         Dicuci dan dibilas
·         Ditetes 25 ml asam cuka kedalam seeeeetiap erlenmeyer
10 ml air suling
·         ditambahkan
3 tetes indikator pp
·         Ditambahkan dan dititrasi dengan larutan standar sampai terbentuk warna merah
·         Dihitung persen massa pada tiap-tiap contoh
·         Diulangi 1 kali lagi jika hasil yang didapat berbeda>0,05%
Hasil pengamatan


POTENSIOMETRI
Seperangkat alat pH meter
·         .Disiapkan
larutan bufer ber pH 5
·         .Dikalibrasi
5,1 gr KHP
·         Ditimbang
·         Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda +
80 ml pipet cairan
·         Dimasukkan kedalam gelas piala
larutan NaOH yang akan distandardisasi
·         Dimasukkan kedalam buret
·         Dipasang seperti gambar
·         Dicatat pH
·         Dibuat kurva titrasi
·         Diulangi percobaan sekali lagi mulai no 2
Hasil pengamatan


A. Larutan bukan buffer
1. Penentuan pH larutan bukan buffer
3 buah tabung reaksi
·         Diisi tabung 1 denngan 1 ml air suling
·         Tabung 2 diisi dengan 1 ml larutan HCL 0,00001 M
·         Tabung 3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,00001 M
·         Ditentukan dan di catat pH larutan dengan indikator universal

2. Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam
3 buah tabung reaksi
·         Tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling
·         Tabung 2 diisi dengan 1 ml larutan HCL 0,00001 M
·         Tabung 3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,00001 M
·         Diteteskan HCL 1 M kedalam masing-masing tabung
·         pH larutan dicatat

B. Larutan buffer
1. Penentuan Ph larutan buffer
5 ml asam asetat HC2H2O2 1 M
·         dicampurkan dengan 5 ml natrium asetat NaC2H2O2  1 M
·          pH dicatat dengan indikator universal
2 .Penentuan pH larutan bufer setelah penambahan asam
2 tabung reaksi
·         Tabung 1 diisi dengan 2 ml larutan buffer
·         Tabung 2 di isi dengan 2 ml larutan bufer
·         Ditambah 1 tetes larutan HCL 1 M  kedalam masing-masing tabung
·         pH larutan dicatat dan dibandingkan
3.Penentuan pH larutan bufer setelah penambahan basa
2 buah tabung reaksi
·         Tabung 1, 2 diisi dengan 2 ml larutan bufer
·         Ditambahkan 1 tetes NaOH
·         pH larutan dicatat dan dibandingkan dengan larutan bufer
VIII. Data Percobaan
Titrasi Asam – Basa
A. Standarisasi dengan larutan Ha
No

Ulangan
1
2
3


25 ml
25 m
25 ml



0,1 m



25 . 10-4




0,0221 mol
0,022 mol
0,0362 mol


50 ml
50 ml
50 ml


29 ml
30 ml
31 ml


221 ml
220 ml
369 ml


0,1 m
0,1 m
0,1 m



0,1 m


B. Standarisasi dengan KHP
No

Ulangan
1
2
3


104,75 gr




105,1 gr




0,35 gr




0,0017 mol




26 .10-4 mol




50 ml




24 ml




26 ml




0,1 m





0,1 m






C
NO

Ulangan
1
2
3


2 ml
2 ml
2 ml


1,008 g/m




0,5 gr
0,5 gr
0,5 gr


50 ml
50 ml
50 ml


39,5 ml
39 ml
39,0 ml


10,5 ml
11 ml
10,1 ml


0,1 m




11,1 . 10-4 mol
11,1 . 10-3 mol
10,1 x 10-4 mol


11,1 . 10-3 mol
11,1 . 10-3 mol
11,01 . 10-3 mol


10,5 . 10-3 mol
11,1 . 10-3 mol
11,01 . 10-3 mol


63 . 10-3 gr
64 . 10-3 g
60,6 . 10-3 g


12,6%
13,2%
12,1%


12,63%




No
Pembacaan Buret (ml)
Volume  NaOh (ml)
pH
1

10
5
2

20
6
3

30
9
4

35
11
5

40
12
6

45
12
7

46
12
8

47
12
9

48
12
10

49
12



Percobaan Pengendalian Buffer
NO
Larutan
pH (keasaman)
Awal
Setelah Penambahan Klorida
Setelah Penambahan Nitroksida
A
Larutan bukan buffer




1. air
5
1


2. natrium hidroksida
6
1


3. asam klorida
4
1

B
Larutan buffer




1. campuran asam asetat dan natrium asetat
4
1
4


2. campuran amonium hidroksida dan amonium klorida
10
4
11



















IX. Pembahasan
            Pada percobaan ini, kami melakukan beberapa percobaan yaitu:
A. Standarisasi dengan HCL
            Pada percobaan ini, langkah yang kami lakukan pertama kali yaitu  kami menimbang 1,6 g NaOH dan dipindahkan kebotol. lalu dilarutkan dengan 400 ml air suling, diaduk sampai larut.
Pada percobaan ini dengan pengulangan 3 kali, kami mendapatkan hasil sebagai berikut:
Mol NaOH yang didapatkan = 0,0221` mol, 0,022 mol, 0,03621 mol
Volume NaOH awal = 50 ml, 50ml, 50 ml
Volume NaOH akhir = 29 ml, 30 ml, 31 ml
Mol HCL yang di pakai= 25 . 10-4
Molaritas larutan NaOH = 0,1 M, 0,1 M, 0,1 M
Rata-Rata molaritas NaOH =  = 0,1 M

B. Standarisasi KHP
            Pertama-tama kami menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan kemudian merangkainya. lalu, kami menimbang labu erlenmeyer dan juga menimbang KHP sebanyak 0,4 gr, kemudian KHP dimasukkan kedalam erlenmeyer dengan ditambahkan 25 ml air. setelah larut kami menambahkan 3 tetes indikator pp, kemudian kami menitrasi KHP dengan NaOH dan hasil yang kami dapatkan yaitu:
Massa KHP                             =0,35 gr
Volume NaOH awal               = 50 ml
Volume NaOH akhir               = 24 ml
Volume NaOH terpakai          = 26 ml
Dari data ini, kami dapat menentukan konsentrasi NaOH yaitu:
mol KHP -  = -  = 1,96 x 10-3
C. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka
            Untuk melakukan percobaan ini, kami menggunakan alat yang sama dengan percobaan standarisasi dengan KHP. Bedanya hanya pada bahan yang dipakai. 1 tetes asam cuka dan ditambah 10 ml air suling setelah itu ditambah kan 3 tetes indikator pp, kemudian titrasi dengan larutan NaOH.
Hasil pengamatan yang kami lakukan, didapat hasil sebagai berikut:

Volume cuka                           = 2 ml
Volume NaOH awal               = 50 ml
Rapatan cuka                          = 1,008 g/mr
Volume NaOH akhir               = 39,5
Volume NaOH terpakai          = 10,5
Konsentrasi NaOH
Dari data yang kami dapatkan, dapat dicari persentase asam asetat yaitu:
massa cuka = ρ . v
=1,008 gr/mr . 2 ml
= 2,016 gr

(Ulanngan 1)
v. m                 = mol asam asetat
10,5 . 0,1         =mol asam asetat
1,05 . 10-3        = mol asam asetat
60 . 1,05 . 10-3 = bobot asam asetat
63 . 10-3           = bobot asam asetat
Masa asam asetat
= mol . mr
= 10,5 x 10-3 . 60
= 63 . 10-3
% asam asetat  (ulangan 1) =  x 100%
=  x 100%
= 13, 22%

(Ulangan 2)
v .m = mol asam asetat
N .0,1 = mol asam asetat
m . 10-3 mol asam asetat
Massa asam asetat
= mol . mr
= 1,1 x 10-3 .60
= 6,6 x 10-3
% asam asetat = =  x 100%
=  x 100%
= 13, 22%

(Ulangan 3)
v .m                             = mol asam asetat
10,1 . 0,1                     = mol asam asetat
1,01 . 10-3                   = mol asam asetat
massa asam asetat       = mol x mr
                                    = 1,01 . 10-3 x 60
                                    = 60,6 . 10-3
% asam asetat = =  x 100%
=  x 100%
= 12, 1%

POTENSIOMETRI
            Sebelum melakukan percobaan ini, kami menyiapkan alat pH meter dan kalibrasi larutan buffer ber pH 5, ditimbang dengan teliti 5,1 g kalium hidrogen ftalat (KHP) kemudian kami melarutkannya dengan air dan kami encerkan didalam labu ukur 250 ml sampai tanda tera. lalu kami membuat NaOH yang di standarisasi (sekitar 0,1 m) dan dimasukkan kedalam buret. kami menyatat pH setiap penambahan NaOH. dari percobaan yannnng kami lakukan didapat hasil sebagai berikukt:

10 ml = 5
20 ml = 6
30 ml = 9
35 ml = 11
40 ml = 12
45 ml = 12
46 ml = 12
47 ml = 12
48 ml = 12
49 ml = 12

Pengendalian buffer
            Pada percobaan ini kami melakukan pengamatan untuk menentukan pH larutan bukan bufer dan pH bufer.
Kami menyiapkan 3 tabung: tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling, tabung 2 diisi dengan 1 ml larutan HCL 0,00001 M dan tabung ke 3 diisi dengan 1 ml  larutan NaOH 0,00001 M. kedua larutannya di tambah asam, yaitu masing-masing tabung di tambah 1 tetes HCL 1 M kemudian hasil yang kami dapat yaitu:
Tabung 1 = pH awal 5 setelah ditambah asam klorida pH =1
Tabung 2 = pH awal 6 setelah ditambah asam klorida pH = 1
Tabung 3 = pH awal 4 setelah ditambah asam klorida pH = 1

            Pada percobaan larutan buffer, pertama 2 tabung yaitu tabung 1 diisi 5 ml asam asetat HC2H2O2  1 M dengan 5 ml natrium asetat NaC2H2O  1 M. tabung 2 diisi 5 ml NH4OH dengan 5 ml NH4CL  1 M. kemudian kami menambahkan 2 ml larutan buffer dan 1 tetes HCL 1 M pada tabung 1. dan pada tabung 2 kami menambahkan 2 ml larutan buffer, 1 tets NaOH 1 M. dari perlakuan ini, kami mendapatkan data sebagai berikut:

X. Diskusi
            Pada percobaan ini, kami menitrasi dan menentukan pH. larutan yang kami titrasi yaitu HCL dengan NaOH, KHP dengan NaOH dan juga menentukan persentase asam asetat dalam cuka. pada saat penentuan pH dengan pembacaan buret, larutan bukan bufer dan buffer pada percobaan yang kami lakukan ini terjadi kesalahan pada penentuan persentase asam asetat. karena menurut teori masa persentase dari 3 contoh tidak boleh lebih dari 0,05 %  sedangkan yang kami dapatkan adalah lebih dari 0,05 %
% asam asetat = 12.6% = 13,2% : 12,1%
= 0,07% > 0,05%
            Hal ini di karenakan kami kurang teliti saat melakukan percobaan dan kurangnya alat yang digunakan
            Pada pembacaan buret, kami tidak menghitung pH saat penambahan NaOH ke 50, 51, 52, 55 dan 60. seharusnya dicari namun tidak kami cari. ini di sebabkan oleh kurangnya pH meter sehingga kami tidak bisa menentukan pHnya.


.


XI Pertanyaan Pascapraktek
1)      Apakah hasil standarisasi larutan naoh menggunakan larutan hcl dan khp memberikan hasil yang sama? bila tidak, berikan komentar anda
Jawab: Tidak, karena Hcl adalah asam kuat sedangkan Khp adalah asam lemah, sehingga hasilnya pun berbeda.
2)      Komentari hasil analisis asam asetat yang dalam contoh buka yang anda kerjakan
jawab: Dari data yang kami dapatkan, dari 3 percobaan yaitu: 12.6%, 13,2%, dan 12,1% dengan perbandingan  0,07% tidak sesuai dengan teori dan seharusnya di lakukan pengulangan tapi tidak kami lakukan.
3)      Agar fitrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan cepat, tindakan apa yang dapat di lakukan?
jawab: Dengan memperkirakan dari contoh pertama pada volume berapa NaOH di gunakan terjadi perubahan warna larutan.
4)      Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen, bagaimana caranya dan bagaimana pula pengamatannya untuk titrasi ini?
jawab: Dengan cara melakukan pengamatan yang lebih teliti ketika kita menitrasinya dengan naoh dan warnanya tidak terlalu pekat. Pengamatan sebaiknya di lakukan di atas kertas putih sehingga perubahan warna lebih mudah di amati.
5)      Dari semua prosedur, mengapa indikator begitu penting dalam titrasi? berikan penjelasan secara singkat.
jawab: Karena dengan adanya indikator, lebih dapat melakukan titrasi lebih cepat dan juga untuk mempermudah dalam titrasi karena kita tahu warna yang terjadi ketika kita melakukan titrasi.
6)      jika ftalat pada bagian B titrasinya berlebihan dengan naoh, apakah kekeliruan dalam bobot KHC8H404pada bagian Batau asam asetat pada cuka menghasilkan hasil yang  positif  atau negatif. jelaskan
Jawab: Hasil yang positif karena bobot asam asetat pada cuka akan bertambah banyak sehingga persentase asam aseetat dalam cuka akan menjadi seedikit
7)      Selesaikan persamaan reaksi berikut
KHC8H404+ NAOH = KHC8H404 + H20


KESIMPULAN
a)      Dalam menentukan titrasi, kita harus melakukan pengamatan yang sangat teliti karena titik titrasi yang tepat adalah titik yang mendekati tititik ekuivalen yaitu ketikawarna dalam zat yang di titrasi dapat berubah warna. Perubahan warnanya jangan terlalu cepat.
b)      Kita dapat menentukan persentase asam asetat dalam cuka dengan titrasi asam asetat dalam contoh.
c)      Pada saat menitrasi, indikator sangat di butuhkan karena dengan indikator kita dapat melakukan titrasi dengan cepat, dan kita bisa tahu warna yang terjadi ketika kita melakukan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Epinur dan wiwik ernawati. 2012. penuntun pratikumkimia dasar.  Jambi: Universitas Jambi
Keenan. 1990. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Lehninger. 1993. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Sutrisno. 1994. kimia dasar. Bandung:Ganessa
Pettsuci, ralp. 1987. kimia dasar. Jakarta: Erlangga

0 Response to "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel