RINGKASAN MATERI “KREATIVITAS”



RINGKASAN MATERI
“KREATIVITAS”

A.    Kreativitas dan Teori Belahan Otak
Perkembangan kreativitas peserta didik sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitifnya. Karena memang, sesungguhnya kreativitas merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreativitas misalnya Clark (1998) dan Gowan (1989) melalui teori belahan otak (hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere)dan belahan otak kanan (right hemisphere). Belahan otak kiri mengarah kepada cara berpikir konvergen, sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berpikir menyebar.
Daya ingat otak kanan bersifat panjang. Bila terjadi kerusakan otak kanan ,misalnya, akibat penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi. Berbeda dengan otak kanan, otak kiri berfungsi dalam hal perbedaaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Secara lebih luas dapat dijelaskan bahwa otak kiri biasanya diidentikan dengan rapi, perbedaan, angka, urutan, tulisan,bahasa, hitungan, logika, terstruktur, analitis, matematis, sistematis, tahap demi tahap. Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik, dan warna.
Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek. Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika. Meski kedua belahan otak itu mempunyai fungsi yang berbeda, setiap peserta didik atau individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu belahan yang dominan dalam menyelesaikan masalah hidup ndan pekerjaan. Setiap belahan otak saling mendominasi dalam aktivitas, namun baik otak kiri maupun otak kanan terlibat pada hampir semua proses berpikir manusia.
B.     Pengertian Kreativitas
Ada beberapa pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini.
1.      Barron mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
2.      Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.
3.      Utami Munandar mendifinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.
4.      Rogers mendifinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
5.      Drevdahl mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
6.      Hurlock mendifinisikan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.
7.      Sternberg menyatakan bahwa kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif.
8.      Yatim Riyanto mendifinisikan kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan-analisis, kreatif dan praktis, beberapa aspek yang ketika digunakan secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.
9.      Torrance menyatakan bahwa kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan atau hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis baru, dan mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk dapat melakukan semua itu diperlukan adanya dorongan dari lingkungan yang didasari oleh potensi kreatif yang telah dimiliki sehingga dapat mempercepat berkembangnya kreativitas pada individu yang bersangkutan.
Pengertian kreativitas secara umum yaitu ciri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berfikir divergen.
C.    Konsep Kreativitas
Kreativitas dapat diihat dari tiga aspek, yaitu produk, proses dan orang. Dari sisi produk, kreativitas dilihat dari hasil usaha kreatif. Sementara itu, ada yang berpendapat bahwa produk yang dianggap mencerminkan kreativitas adalah yang memenuhi dua kriteria baru, yaitu kekhasan (novely or originality) dan bermanfaat (usefulness of value). Dari segi proses, kreativitas tercermin dalam proses berfikir kreatif itu sendiri, salah satu contoh proses berfikir kreatif adalah lateral thinking. Dari segi orangnya, studi tentang kreativitas dilihat dari aspek karakteristik orang yang kreatif, seperti imajinatif, integratif, keberanian mengambil risiko dan keingintahuan. Kemudian  didasari juga bahwa lingkungan ada pengaruhnya terhadap kreativitas seseorang. Faktor kebudayaan, baik budaya nasional maupun kebudayaan organisasi, dapat mendukung atau menghambat proses kreativitas. Setidak-tidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hal kreativitas: kreativitas dari orangnya, kreativitas dari sifat pekerjaannya dan lingkungan kerjanya. Sementara ini adanya creativity domain, yaitu bahwa seseorang yang kreatif di satu bidang, belum tentu akan kreatif juga dibidang lain. Bahkan dengan semakin banyaknya disiplin  ilmu pengetahuan, akan semakin kecil kemungkinan seseorang akan dapat kreatif di bidang yang bukan merupakan bidang keahliannya.
Begitu banyaknya definisi dan konsep kreativitas pada dasarnya konsep kreativitas terbagi dalam empat fokus utama, yaitu pribadi (person), proses (process), produk/hasil kreativitas (product), serta pendorong (press) kreativitas. Keempat fokus tersebut adalah sebagai berikut.
1.Pribadi
Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam berinteraksai dengan lingkungannya. Kemampuan berfikir kreatif sangat diperlukan bagi seorang pimpinan sekolah, guru dan murid, agar setiap individu dirangsang untuk memacu dan mengembangkan diri dalam berbagai hal. Di sini jelas bahwa kreativitas terfokus pada unsur pribadi antara tiga atribut psikologis: inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Secara bersamaan ketiga segi dalam alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif, dan dengan kemampuan pribadi mengenal dan memanfaatkan sumber penggerak yang berasal dari energi yang terdapat dalam diri manusia sendiri, yaitu:



a.       Rasa percaya diri;
b.      Integritas;
c.       Berserah diri (tawakal);
d.      Intuisi.
2.Proses
Proses kreatif pada dasarnya merupakan langkah-langkah, yaitu: (1)sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked; (2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; (3) evaluating and testing these guesses and hipotheses; (4) possibly revising and retesting them; and finally (5) communicating the results.
Selain itu langkah-langkah  proses kreatif yang banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi tahap: (a) persiapan, (b) ingkubasi, (c) iluminasi, dan (d) verifikasi, meskipun ada pula yang mengembangkan dengan tahapan-tahapan berikut: (a) inspirasi, (b) klarifikasi, (c) distilasi, (d) perspirasi, (e) inkubasi, dan (e) evaluasi.
3.Produk Kreativitas
Produk kreativitas pada dasarnya menekankan pada unsur:
a.    Orisinalitas,
b.   Kebaruan,
c.    Dan kebermaknaan.
4.Faktor Pendorong
Faktor pendorong kreativitas terdiri dari faktor internal, yaitu dari diri sendiri dan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor lingkungan sosial dan psikologis. Oleh karena itu, krativitas tidak hanya bergantung pada keterampilan pada bidang dan dalam berpikir kreatif, tetapi juga pada motivasi intrinsik (pendorong internal) untuk bertindak kreatif, dan pada lingkungan sosial yang kondusif (pendorong eksternal). Sedangkan faktor lingkungan sosial akan menjadi pendorong apabila lingkungan sosial atau budaya mendukung secara kondusif akan terjadinya sebuah kreativitas.

D.    Pendekatan Terhadap Kreativitas

Pendekatan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis. Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatan yang ada dalam diri individu  sebagai faktor-faktor yang menentukan kreativitas, seperti inteligensi, bakat, motivasi, sikap, minat, dan disposisi kepribadian lainnya.
Pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, di mana individu dengan segala potensi dan disposisi kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan, dan peranan keluarga.

E.     Perkembangan Kreativitas
Studi-studi tentang kreativitas pada umumnya menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti pola-pola yang dapat diramalkan. Ini tampak pada awal kehidupan, yaitu dalam permainan anak, kemudian meluas ke berbagai bidang kehidupan lainnya. Karena perkembangan kreativitas itu juga merupakan perkembangan proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget. Menurut Jean Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu sebagai beriku:




1.      Tahap sensori-motoris
   Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut.
Menurut Piaget, pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi dari lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakannya.
Mengenai kreativitasnya, menurut Piaget, pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangan terhadap objek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan refleks-refleks, belum memiliki konsep tentang diri ruang, dan belum memiliki kemampuan berbahasa.

2.      Tahap praoprasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi, sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
Pada tahap ini, menurut Jean Piaget, anak sangat bersifat egosentris sehingga sering kali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau kemungkinan-kemungkinan karena beranggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi
Pada akhir tahap ini, menurut Jean Piaget, kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun masih dalam jangka pendek. Di samping itu, anak memiliki kemampuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam di lingkungannya secara animistik dan antropomorfik. Kemampuan seperti ini, kata Jean Piaget, sebenarnya merupakan kemampuan dasar imajinasi yang juga merupakan embrio bagi perkembangan kreativita
3.      Tahap operasional konkret
Tahap ini berlangsung anatara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan berkembang rasa ingin tahunya. Pada tahap ini menurut Jean Piaget, interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tua, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dengan cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
Mengenai kreativitasnya, menurut Jean Piaget, juga sudah semakin berkembang. Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berikut.
1.Anak sudah mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental.
2.Anak mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana.
3.Anak mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara identitas diri.
4.Konsep tentang ruang sudah semakin meluas.
5.Anak sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
6.Anak sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan  objek-objek konkret.

Hanya saja, pada saat ini, fungsi kognitif yang dikelola oleh fungsi otak belahan kiri banyak mendapat rangsangan sejalan dengan tugas sekolahnya. Keadaan ini menyebabkan fungsi imajinatif yang sebelumnya telah berkembang baik menjadi agak terhambat karena kurang mendapat rangsangan.

4.    Tahap operasional formal
Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, ana telah mampu mewujudkan suatu keselruhan dalam pekerjaannya yng merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnyajuga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.
Pada tahap ini, menurut Jean Piaget, interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.
Dilihat dari perspektif ini, perkembangan kreativitas remaja berada pada posisi seiring de tahapan operasional formal. Artinya, perkembangan kreativitasnya, menurut Jean Piaget, sedang berada pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan kreativitasnya.

F.     Tahap-Tahap Pengembangan Kreativitas
Salah satu tugas guru adalah membantu atau memfasilitasi perkembangan peserta didiknya. Perkembangan potensi peserta didik bersifat kontinyu dan menggunakan tahapan tertentu. Tidak mudah mengidentifikasikan secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung. Wallas (Solso, 1990) mengemukakan empat tahapan proses kreatif, yaitu persiapan,inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Namun dalam buku perkembangan peserta didik ( Prof.Dr.Sudarwan Danim) berpendapat bahwa pengembangan peserta didik terdiri dari enam tahap. Disamping empat tahap seperti dikemukakan oleh Wallas, penulis menambahkan “ penyadaran” dan “ tindakan “  sebagai bagian dari penembangan kreativitas.
1.      Peyadaran ( concionusness )
Peserta didik yang kreatif memiliki banyak imajinasi. Seringkali imajinasi berlalu begitu saja, tanpa adanya kesadaran atasnya. Dengan demikian, ide-ide kreatif yang terlontar sebagai imajinasi perlu di internalisasi sedemikian rupa,laksana keinginan mentransformasikan mimpi menjadi realitas.keinginan untuk mewujudkan realitas inilah yang disebut sebagai penyadaran dan kesadaran untuk bertindak kreatif.
2.      Persiapan( Preparation )
Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan berbagai alternatif pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah itu. Namun, pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan masalah.
3.   Inkubasi
Pada tahap ini, proses pemecahan masalah “dierami” dalam alam prasadar, individu seakan-akan melupakannya. Jadi, pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya,dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan “mengendapkan “ dalam alam prasadar. Proses inkubasi ini dapat belangsung lama (berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun) dan bisa juga sebentar (beberapa jam saja) sampai kemudian timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan masalah.
4.   Iluminasi (iiumination)
Tahap ini sering disebut sebagai tahap timbulnya insight. Pada tahap ini dimana peserta didik mulai membangun proses psikologis untuk mempersiapkan diri bagi transformasi tindakan kreatif atas gagasan baru yang dimiliki.
5.  Verifikasi (Verification)
Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. Pada tahap ini, pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. Firasat harus diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas.
6. Tindakan Kreatif ( creative action ), dimana peserta didik melakukan tindakan nyata atas ide-ide kreatif atau imajinasinya, sehingga mewujud menjadi kenyataan yang dikehendaki.\
G.    Karakteristik Peserta Didik yang Kreativitas
Anak atau peserta didik yang kreatif menjadi dambaan orangtua dan guru. Anak-anak yang kreatif pun biasanya cenderung sukses dalam menjalani hidup ketika sudah dewasa. Berbagai karakteristik atau ciri kreativitas yang dikemukakan pada bagian ini merupakan serangkaian hasil studi terhadap kreativitas. Pendekatan serupa untuk mengidentifikasikan sikap, kepercayaan, dan nilai pada orang-orang kreatif juga
Piers (Adams, 1976n) mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut :
1)      Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2)      Memiliki kaeterlibatan yang tinggi
3)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4)      Memiliki ketekunan yang tinggi
5)      Cenderung tidak puas terhadap kemapanan
6)      Penuh percaya diri
7)      Memiliki kemandirian yang tinggi
8)      Bebas dalam mengambil keputusan
9)      Menerima diri sendiri
10)  Senang humor
11)  Memiliki intuisi yang tinggi
12)  Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks
13)  Toleran tehadap ambiguitas
14)  Bersifat sensitive

Utami Munandar (1992) mengemukakan cirri-ciri kreativitas, antara lain sebagai berikut :
1)      Senang mencari pengalaman baru
2)      Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3)      Memiliki inisiatif
4)      Memiliki ketekunan yang tinggi
5)      Cenderung kritis terhadap orang lain
6)      Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
7)      Selalu ingin tahu
8)      Peka atau perasa
9)      Enerjik dan ulet
10)  Menyukai tugas-tugas yang majemuk
11)  Percaya kepada diri sendiri
12)  Mempunyai rasa humor
13)  Memiliki rasa keindahan
14)  Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi

Adapun Clarck ( 1998 ) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut :
1)      Memiliki disiplin diri yang tinggi
2)      Memiliki kemandirian yang tinggi
3)      Cenderung sering menentang otoritas
4)      Memiliki rasa humor
5)      Mampu menentang tekanan kelompok
6)      Lebih mampu menyesuaikan diri
7)      Senang berpetualang
8)      Toleran terhadap ambiguitas
9)      Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan
10)  Menyukai hal-hal yang kompleks
11)  Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
12)  Memiliki memori dan atensi yang baik
13)  Memiliki wawasan yang luas
14)  Mampu berpikir periodic
15)  Memerlukan situasi yang mendukung
16)  Sensitif terhadap lingkungan
17)  Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
18)  Memiliki nilai estetik yang tinggi

Sedangkan Torrance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut:
1)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2)      Tekun dan tidak mudah bosan
3)      Percaya diri dan mandiri
4)      Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas
5)      Berani mengambil resiko
6)      Berpikir divergen

H.    Unsur-Unsur Kreativitas
Adapun unsur-unsur kreativitas sebagai berikut:
1.      Kreativitas merupakan proses bukan hasil.
2.      Proses yang merupakan wujud dari kreativitas tersebut, mempunyai tujuan, mendatangkan keuntungan bagi orang yang bersangkutan atau kelompok sosialnya.
3.      Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan karenanya unik bagi orang yang bersangkutan, baik itu berbentuk lisan atau tulisan, maupun konkret atau abstrak.
4.      Kreativitas timbul dari pemikiran divergen (berbeda) sedangkan pemecahan masalah sehari-hari timbul dari pemikiran konvergen (menyatu).
5.      Kreativitas merupakan suatu cara berpikir, tidak sinonim dengan kecerdasan yang mencakup kemampuan mental selain berpikir.
6.      Kemampuan untuk menciptakan bergantung pada perolehan pengetahuan yang diterima.
7.      Kreativitas merupakan bentuk imaginasi yang dikendalikan yang menjurus kearah beberapa bentuk prestasi, misalnya melukis, membangun dengan balok atau  melamun.
I.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Peserta Didik
Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan.
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas adalah
1)      Usia
2)      Tingkat pendidikan orang tua
3)      Tersedianya fasilitas
4)      Penggunaan waktu luang

Miller dan Gerard (Adams dan Gullota,1979) mengemukakan adanya pengaruh keluarga pada perkembangan kreatifitas peserta didik sebagai berikut:
1)      Orang tua yang memberikan rasa aman
2)      Orang tua memiliki berbagai macam minat pada kegiatan di dalam dan diluar rumah
3)      Orang tua memberikan kepercayaan dan menghargai kemampuan anaknya.
4)      Orangtua memberikan otonomi dan kebebasan pada anak
5)      Orang tua mendorong anak melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya

Lima interaksi guru dan peserta didik yang dapat mendorong berkembangnya kreatifitas, yaitu :
1)      Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak lazim
2)      Menghormati gagasan-gagasan yang imajinatif
3)      Menunjukkan kepada peserta didik bahwa gagasan yang dikemukakan bernilai
4)      Memberikan peserta didik untuk belajar atas prakarsanya sendiri dan memberikan reward kepadanya
5)      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan tanpa suasana penilaian.




J. Hambatan-Hambatan Kreativitas
1.      Hambatan budaya dan lingkungan
Dalam masalah budaya, setiap masyarakat mengembangkan pola-pola budaya yang akan memengaruhi mereka yang hidup dalam masyarakat tersebut dan beberapa negara, komunitas, bahkan kelompok keluarga ada tekanan yang kuat untuk mengikuti dan mematuhi standar moral atau amoral, etis atau tidak etis, dan standar hidup yang dianut oleh komunitas tersebut. Kekuatan sosial budaya ini akan berpengaruh pada perilaku kita, perasaan, sikap, interaksi, sistem nilai, pendidikan, norma kelompok, dan pada dasarnya pada semua aspek kehidupan, termasuk perilaku kreatif.

2.      Hambatan persepsi
a.       Sulit mengisolasi masalah.
b.      Cenderung terlalu membatasi masalah.
c.       Tidak mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
d.      Jenuh.
e.       Tidak mampu memanfaatkan masukan.
3.      Hambatn emosi
a.       Takut berbuat salah.
b.      Tegang atau tidak rileks.
4.      Hambatan imajinasi
a.       Terlalu ketat mengendalikan alam perasaan atau tidak sadar.
b.      Menutup kesempatan pada daya imajinasi untuk berjalan.
c.       Tidak mampu membedakan realitas dan fantasi.
5.      Hambatan intelektual
a.       Kurang informasi, atau informasi tidak tepat sasaran.
b.      Kaku dalam menggunakan strategi pemecahan masalah.
c.       Perumusan masalah tidak tepat.
6.      Hambatan dalam ungkapan
a.       Kurang terampil dalam mengungkapkan gagasan.
b.      Lambat membuat ungkapan secara tertulis.
7.      Hambatan mental
Tuntutan penyesuaian diri dengan masyarakat sekitar akan berakibat terbentuknya hambatan mental pada diri seseorang, sehingga orang itu akan terkondisi atau terbiasa untuk “menyesuaikan”  dengan lingkungannya dan lama kelamaan tidak tertanntang untuk menggunakan daya kreativitas untuk menghasilkan gagasan atau ide-ide baru.
8.      Hambatan kreativitas
Secara umum hambatan mental pada kreativitas dapat dikelompokkan menjadi enam kelompok, yakni:
a.       Hambatan mental yang diciptakan sendiri
Hambatan mental ini merupakan hambatan yang sulit untuk dikenali. Penyebab hambatan ini adalah diri sendiri, yang terbentuk baik secara sadar atau tanpa kita sadari. Akan tetapi, bila sudah dapat dikenali, hambatan ini yang paling mudah untuk diatasi atau dihindari. Secara umum hambatan tersebut dapat disebabkan karena pendidikan, profesi, kebiasaan-kebiasaan umum yang berlaku, atau pengaruh-pengaruh lain yang secara terus-menerus mengondisikan kita; sehingga akhirnya tanpa disadari diterima sebagai suatu “kebenaran” mutlak dan akhirnya menghambat daya kreativitas seseorang.
b.      Terpola untuk puas dengan satu jawaban
Hambatan ini biasanya terdapat dalam pemikiran analisis seseorang, pengalaman, pendidikan, dan pengaruh lingkungan lainnyadapat memengaruhi terbentuknya hambatan ini. Bila memori dalam pemikiran seseorang mengakibatkan masalah yang dihadapi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, maka otak akan segera mengikuti tuntutan pola tersebut. Walaupun seandainya kemudian kita mau atau tidak mau harus menyadari untuk mencari pola/alternative jawaban lain yang lebih baik. Oleh karena itu, sikap ini juga dapat  menghambat peningkatan kreativitas seseorang.
c.       Kesesuaian
Pada umumnya, manusia mempunyai kecenderungan untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Hal tersebut, terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a)      Keengganan untuk merusak hubungan baik dengan pihak-pihak lain, atau
b)      Terlalu malas untuk memikirkan sesuatu secara lebih mendalam lagi.
Oleh karena itu, hambatan ini akan membendung keluarnya ide-ide negatif, sebab ada keengganan untuk mengutarakannya.
d.      Tidak menantang hal-hal nyata
Hambatan jenis ini merupakan salah satu kebiasaan yang paling berbahaya dan justru paling umum ada pada setiap orang. Ada beberapa alasan umum yang paling sering menimbulkan hambatan ini, antara lain:
a)      Pengaruh atau “tekanan” tertentu yang memaksa seseorang untuk tidak memikirkan suatu hal secara lebih mendalam;
b)      Rasa malas atau keengganan, sehingga menerima apa yang sudah didapat secara nyata dan tidak ingin mencari “masalah”  atau tidak ingin “repot-repot” mencari cara lain;
c)      Enggan untuk bertentangan dengan pihak lain, karena menyalahi atau menantang tradisi;
d)     Bila kita mempertanyakan sesuatu dengan “Mengapa tidak dengan cara…..”, pada umumnya akan mendapatkan reaksi baik yang cukup kuat, sehingga situasi demikian cenderung dihindari.
Akibat dari hal-hal tersebut, lambat tapi pasti akan membentuk suatu ganjalan mental yang dapat menghambat kreativitas.
e.       Kebiasaan menilai terlalu cepat
Hambatan jenis ini merupakan suatu hambatan yang tidak mudah untuk dihilangkan. Penyebabnya adalah karena kita terlampau terbiasa untuk membandingkan suatu permasalahan dengan pengetahuan atau pengalaman kita sendiri; apalagi bila kita mempunyai fakta-fakta yang mendukung “kebenaran” tersebut. Dengan demikian, hal-hal baru yang berbeda dengan “kebenaran” yang sudah diyakini dapat menjadi pemicu untuk menolak.
f.       Takut terlihat bodoh
Hambatan mental jenis ini dapat dikatakan sebagai hambatan yang paling besar dan paling sulit untuk dihilangkan. Biasanya hambatan ini mulai terbentuk semenjak masa kanak-kanak. Pada dasarnya, tidak ada orang-bahkan seorang anak kecil sekalipun yang suka untuk ditertawakan apabila melakukan kesalahan (dipermalukan), atau dianggap bodoh.

K.     Upaya Membantu Perkembangan Kreativitas dan Implikasinya bagi Pendidikan
Agar proses pendidikan dapat memberikan bantuan kepada anak-anak kreatif, para guru dan pembimbing disekolah sudah seharusnya mengenali anak-anak kreatif yang menjadi peserta didiknya. Para guru harus mengetahui mekanisme proses kreatif dan manifestasi perilaku kreatif. Pemahaman ini memberikan peluang yang besar kepada para guru dan pembimbing agar berhasil membantu perkembangan anak-anak kreatif. Upaya yang harus dilakukan perkembangan anak-anak kreatif adalah :
1)      Guru berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
2)      Guru mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan
3)      Guru lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga guru dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya
4)      Guru berusaha menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas dari ancaman dan suasana penuh saling menghargai
5)      Guru tidak memaksakan pendapat,pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak
6)      Guru berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
7)      Guru berusaha menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara seimbang dalam prose bimbingan
8)      Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
9)      Mengakui dan menghargai gagasan-gagasan anak
10)  Menjadi pendorong bagi anak untuk mengomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya
11)  Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan malah menghukumnya
12)  Memberikan peluang untuk mengomunikasikan gagasan-gagasannya
13)  Memberikan informasi-informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia






0 Response to "RINGKASAN MATERI “KREATIVITAS” "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel